WEF Prihatin Dengan Mundurnya Kerjasama Internasional

Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) menyatakan, tidak pernah sebelumnya ada begitu banyak risiko serius. WEF khawatir, ketegangan geopolitik mengurangi kemampuan komunitas internasional menghadapi peristiwa bencana.
Dalam Laporan Resiko Global
terbaru dari World Economic Forum (WEF) memperingatkan bahwa memburuknya
hubungan internasional bisa menghambat tindakan bersama di sejumlah besar
tantangan serius yang dihadapi umat manusia. Laporan itu dirilis menjelang pertemuan
tahunan WEF di Davos, Swiss. Laporan itu adalah hasil survei yang didasarkan
pada persepsi risiko dari sekitar 1000 orang ahli dan pembuat keputusan. Perang
dagang yang dilancarkan AS, terutama terhadap Cina, menjadi perhatian utama.
WEF mengatakan, situasi
perdagangan global memburuk dengan cepat pada tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi
tahun ini akan terhambat karena ketegangan geo-ekonomi. 88 persen responden
yang disurvei memperkirakan akan terjadi erosi berkelanjutan dari aturan dan
perjanjian perdagangan multilateral. Mayoritas responden (85 persen) juga
menyatakan khawatir, peningkatan resiko yang berasal dari konfrontasi politik
antara kekuatan utama dunia akan memperuncing perbedaan pandangan tentang
nilai-nilai fundamental.
"Dengan perdagangan global
dan pertumbuhan ekonomi yang beresiko pada 2019, ada kebutuhan yang makin
mendesak untuk memperbarui arsitektur kerja sama internasional," kata
Presiden WEF Borge Brende. "Apa yang kita butuhkan sekarang adalah
tindakan bersama untuk mempertahankan pertumbuhan dan mengatasi ancaman-ancaman
besar yang dihadapi dunia hari ini." Dari ancaman kejahatan cyber sampai
perubahan iklim
Laporan Resiko Global WEF juga
memberikan pandangan tentang resiko ancaman dan infrastruktur keamanan data di
dunia maya. Pendanaan infrastruktur yang terus-menerus kritis di seluruh dunia
menghambat kemajuan ekonomi, membuat bisnis dan masyarakat lebih rentan
terhadap serangan siber," kata John Drzik Marsh, lembaga mitra WEF. Tapi
belum ada perkiraan konkret mengenai potensi ancaman itu. Ancaman yang lebih
konkret disampaikan mengenai konsekuensi dari perubahan iklim. Ada lima ancaman
kategori tinggi yang disebutkan: hilangnya keanekaragaman hayati, peristiwa
cuaca ekstrem, kegagalan mitigasi perubahan iklim, bencana buatan manusia dan
bencana alam.
"Tidak mengherankan bahwa
pada 2019 resiko lingkungan sekali lagi mendominasi daftar kekhawatiran
utama," kata Alison Martin, Direktur Bidang Resiko di Zurich Insurance
Group.
"Untuk menanggapi perubahan
iklim secara efektif dibutuhkan peningkatan infrastruktur yang signifikan untuk
beradaptasi dengan kondisi baru ini dan transisi ke ekonomi rendah
karbon," tambahnya.
Para peneliti memperkirakan,
investasi infrastruktur secara global akan mencapai 18 triliun Dolar AS pada
tahun 2040, sedangkan kebutuhan diproyeksikan sebesar 97 triliun Dolar AS. Masalah
dalam pembangunan perkotaan diprediksi akan meningkat, karena kenaikan
permukaan laut menjadi ancaman bagi ekstraksi air tanah yang bersih, sementara
lebih banyak infrastruktur dibutuhkan, misalnya untuk menghadapi amukan badai
dan topan hebat yang mengancam keselamatan penduduk. Laporan Resiko Global 2019
juga memperkirakan, banyak orang akan mengalami penurunan kesejahteraan
psikologis dan emosional sebagai akibat dari dunia yang makin cepat berubah.
Hal ini berkaitan dengan transformasi sosial, teknologi, dan transformasi besar
di bidang kerja. Tekanan psikologis yang dialami oleh banyak orang di berbagai
bagian dunia berhubungan dengan "perasaan kurangnya kontrol dalam
menghadapi ketidakpastian," kata laporan WEF.
No comments:
Post a Comment